Sabtu, 09 November 2013

Kelompok : 1 Desy Putri Wulandari  11110868
                   2 Jayadi  19110647
                   3 Rendra Anggi Saputra  15110732
                   4 Rona Siti Fazriah  16110236
Ringkasan Supply Chain Management
Garis Besar definisi Supply Chain adalah Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir/pelanggan. Dengan kata lain Supply Chain Management adalah adalah manajemen terhadap aliran antar dan diantara tahapan supply chain untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain
Beberapa pihak memberikan definisi/pengertian manajemen rantai pasok (SCM) sebagai berikut:
a. Lambert  (1998),  menyatakan  bahwa  SCM  merupakan  integrasi  atas  proses-
proses  bisnis  dari pengguna akhir melalui pemasok awal  yang  menyediakan produk, jasa, dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

b. Menurut  Simchi-Levi  (2002),  SCM  adalah  suatkumpulan  pendekatan  yang digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan manufaktur, pergudangan, dan toko, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang benar, untuk meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat pelayanan.

Dalam Supply Chain terdapat 3 aliran peran yaitu material, Informasi dan uang. Berikut gambar aliran tersebut.

Supply chain yang umum memiliki tahap-tahap:
 Pelanggan
 Retailer
 Wholesaler/ Distributor
 Manufacturer
 Component/ Raw material suppliers

Srategi Supply Chain
          Strategi supply chain yang tepat merupakan elemen penting dalam implementasi strategi bisnis perusahaan. Perusahaan-perusahan harus dengan hati-hati merencanakan kapasitas dan peramalan permintaannya agar supaya menghindari bullwhip effect dan menjamin ketepatan waktu penyampaian pesanan pelanggan dan meminimalkan kelebihan persediaan. Sumber utama persoalan-persoalan yang selalu menciptakan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan adalah ketidakpastian. Ketidakpastian tidak terlepas dari sisi permintaan dan sisi penawaran dari kebanyaka supply chain. Sebagai langkah pertama dalam mengevaluasi dan meningkatkan kinerja supply chain, Fisher dan Lee mengembangkan kerangka kerja untuk memahami ketidakpastian yang ada dalam supply chain. Fisher memfokuskan kerangka kerjanya pada ketidakpastian sisi permintaan, sedangkan kerangka kerja Lee memperluasnya dengan memasukkan ketidakpastian sisi penawaran. Kerangka kerjanya mengkategorikan produk-produk sebagai fungsional atau inovatif, didasarkan pada ketidakpastian karakteristik pemintaan dan penawarannya.
          Produk fungsional adalah produk-produk tipe komoditi dengan permintaan stabildan profit marginnya rendah, sedang produk inovatif adalah produk baru yang memiliki derajad inovasi tinggi dan biasanya permintaannya tidak stabil dan profit marginnya tinggi.
          Pembedaan yang sama dapat dilakukan atas ketidakpastian yang berhubungan dengan sisi penawaran. Suatu produk dengan stable supply process dapat diproduksi dengan cara yang dapat diprediksi, sebaliknya produk yang diproduksi yang sulit diprediksi disebut evolving supply process.Namun demikian, Lee mencatat bahwa dalam hal ini tidak selalu bahwa produk-produk fungsional memiliki stable supply process dan produk-produk inovatif memiliki evolving supply process. Misalnya, permintaan tahunan untuk tenaga listrik untuk suatu wilayah adalah predictable, tetapi penawaran/pasokan listrik tenaga air tidak, karena bergantung pada jumlah curah hujan di wilayah tersebut.
          Pemahaman atas perbedaan-perbedaan tersebut dengan tetap memperhitungkan ketidakpastian permintaan dan penawaran mengusulkan suatu kerangka kerja yang seragam bagi supply chain management. Terdapat empat strategi untuk pengelolaan supply chain secara efektif, yaitu: efficient supply chain; risk-hedging supply chain, responsive supply chain; dan agile supply chain.
Efficient supply chain cocok untuk produk-produk fungsional dengan stable supply processes. Dalam kondisi lingkungan seperti ini, strategi supply chain sebaiknya memfokuskan pada strategi penurunan biaya. Produk-produk seperti ini biasanya ada dalam suatu lingkungan persaingan yang tinggi yang didominasi oleh strategi persaingan biaya rendah. 
Studi kasus dari Supply chain dari pabrik kertas :
Awal supply chain adalah hutan kayu yang menghasilkan bahan untuk kertas, atau gudang bahan yang didaur ulang yang mengawali proses pembuatan kertas. Bahan baku kertas perlu dilengkapi dengan bahan penolong agar bahan baku dapat diproses menjadi kertas. Bahan penolongnya banyak sekali, misalnya air yang melimpah, bahan kimia yang sangat banyak jenisnya, plastik dan alat pengikat untuk packaging dsb.
Disamping itu, pabrik kertas banyak menggunakan berbagai jenis peralatan dan puluhan ribu jenis material serta suku cadang, yang awal supply chainnya adalah pabrik baja dan pabrik pembuat peralatan material, dan suku cadang tersebut.

Tantangan dalam Mengelola Supply Chain
Kompleksitas Struktur Supply Chain
 Melibatkan    banyak    pihak    dengan    kepentingan    yang    berbeda-beda
(bertentangan?)
 Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan
Ketidakpastian
 Ketidakpastian permintaan
–     Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll
–     Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerjamesin yang tidak sempurna, ketidakpastian kualitas produksi dll

Optimalisasi Supply Chain
1. Tuntutan pelanggan yang terus berkembang
Dengan  makin  terbukanya  pasar  bebas  yang  mendunia  (globalisasi),  maka terjadi banyak dan begitu ketat persaingan antar perusahaan dan antar produk.
2. Kekuasaan Retail yang Makin Besar.
Pengendali  utama  supply  chain  adalah  consumer,  maka  yang  berhubungan dengan  itu  adalah  para  retailer  yang  menanggapi  kehendak  dan  tuntutan
consumers yang makin meningkat dengan mengadakan perubahan-perubahan besar dalam penataan, dekorasi, teknik pelayanan dan personil tokonya.
3. Dilema dalam pencapaian Optimalisasi
Langkah  yan  penting  dalam  melakukan  manajemen  supply  chain  adalah menggalng, memperbaiki komunikasi harian diantara semua pelaku supply, mulai dari hilir sampai ke hulu. Komuniasi ini dapat mencegah kelambatanpengadan barang maupun penumpukan barang digudang yang berlebihan.

4. Kendala dalam Membangun Kepercayaan
Beberapa hal yang melatarbelakangi kendala membangun kepercayaan adalah sbb:
Masih banyaknya anggapan bahwa supplier atau pihak lain adalah “lawan”
atau bahkan musuh” dalam berbisnis dan bukan mitra”

5. Patnering sebagai Suatu Solusi
Meyakini memiliki tujuan yang sama (common goal) Saling menguntungkan  (mutual benefit)
Saling percaya (mutual trust) Bersikap terbuka (transparent)
Menjalin hubungan jangka panjang (long term relationship)
Terus menerus melakukan perbaikan dalam biaya dan mutu barang/jasa

6. Teknologi Informasi sebagai Katalisator
Keberhasilan  manajemen  supply  mungkin  dapat  dicapai  tanpa  menggunakan jasa teknologi informasi, yang dalam kasus ini harus bercirikan antara lain :
Hadrware dan software-nya mampu digunakan antar organisasi/perusahaan ,Real time POS (Point Of Sales) information, Customer and network friendly dan High level effectiveness and efficiency
Sumber
http://moh-angscorp2.blogspot.com/2013/03/supply-chain-management.html
Buku Teks
Chopra, S., and Meindl, P. (2001). Supply chain management: Strategy, planning, and operations. New Jersey - Prentice-Hall.
Pujawan, I N. (2005). Supply chain management. Guna Widya. Simchi-Levi, D., Kaminski, P., and Simchi-Levi, E. (2000).
Designing and managing the supply chain: Concept, strategies, and case
studies. Irwin McGraw-Hill.
Handfield, R.,  and  Nichols, Jr.,  E.  L.  (2002). Supplchain  redesign: Transforming supply chains into integrated value systems. New Jersey: Financial Times - Prentice Hall.


























Kelompok : 1 Desy Putri Wulandari
                      2 Jayadi
                      3 Rendra Anggi Saputra
                    4 Rona Siti Fazriah
Ringkasan Supply Chain Management
Garis Besar definisi Supply Chain adalah Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir/pelanggan. Dengan kata lain Supply Chain Management adalah adalah manajemen terhadap aliran antar dan diantara tahapan supply chain untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain
Beberapa pihak memberikan definisi/pengertian manajemen rantai pasok (SCM) sebagai berikut:
a. Lambert  (1998),  menyatakan  bahwa  SCM  merupakan  integrasi  atas  proses-
proses  bisnis  dari pengguna akhir melalui pemasok awal  yang  menyediakan produk, jasa, dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

b. Menurut  Simchi-Levi  (2002),  SCM  adalah  suatkumpulan  pendekatan  yang digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan manufaktur, pergudangan, dan toko, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang benar, untuk meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat pelayanan.

Dalam Supply Chain terdapat 3 aliran peran yaitu material, Informasi dan uang. Berikut gambar aliran tersebut.

Supply chain yang umum memiliki tahap-tahap:
 Pelanggan
 Retailer
 Wholesaler/ Distributor
 Manufacturer
 Component/ Raw material suppliers

Srategi Supply Chain
          Strategi supply chain yang tepat merupakan elemen penting dalam implementasi strategi bisnis perusahaan. Perusahaan-perusahan harus dengan hati-hati merencanakan kapasitas dan peramalan permintaannya agar supaya menghindari bullwhip effect dan menjamin ketepatan waktu penyampaian pesanan pelanggan dan meminimalkan kelebihan persediaan. Sumber utama persoalan-persoalan yang selalu menciptakan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan adalah ketidakpastian. Ketidakpastian tidak terlepas dari sisi permintaan dan sisi penawaran dari kebanyaka supply chain. Sebagai langkah pertama dalam mengevaluasi dan meningkatkan kinerja supply chain, Fisher dan Lee mengembangkan kerangka kerja untuk memahami ketidakpastian yang ada dalam supply chain. Fisher memfokuskan kerangka kerjanya pada ketidakpastian sisi permintaan, sedangkan kerangka kerja Lee memperluasnya dengan memasukkan ketidakpastian sisi penawaran. Kerangka kerjanya mengkategorikan produk-produk sebagai fungsional atau inovatif, didasarkan pada ketidakpastian karakteristik pemintaan dan penawarannya.
          Produk fungsional adalah produk-produk tipe komoditi dengan permintaan stabildan profit marginnya rendah, sedang produk inovatif adalah produk baru yang memiliki derajad inovasi tinggi dan biasanya permintaannya tidak stabil dan profit marginnya tinggi.
          Pembedaan yang sama dapat dilakukan atas ketidakpastian yang berhubungan dengan sisi penawaran. Suatu produk dengan stable supply process dapat diproduksi dengan cara yang dapat diprediksi, sebaliknya produk yang diproduksi yang sulit diprediksi disebut evolving supply process.Namun demikian, Lee mencatat bahwa dalam hal ini tidak selalu bahwa produk-produk fungsional memiliki stable supply process dan produk-produk inovatif memiliki evolving supply process. Misalnya, permintaan tahunan untuk tenaga listrik untuk suatu wilayah adalah predictable, tetapi penawaran/pasokan listrik tenaga air tidak, karena bergantung pada jumlah curah hujan di wilayah tersebut.
          Pemahaman atas perbedaan-perbedaan tersebut dengan tetap memperhitungkan ketidakpastian permintaan dan penawaran mengusulkan suatu kerangka kerja yang seragam bagi supply chain management. Terdapat empat strategi untuk pengelolaan supply chain secara efektif, yaitu: efficient supply chain; risk-hedging supply chain, responsive supply chain; dan agile supply chain.
Efficient supply chain cocok untuk produk-produk fungsional dengan stable supply processes. Dalam kondisi lingkungan seperti ini, strategi supply chain sebaiknya memfokuskan pada strategi penurunan biaya. Produk-produk seperti ini biasanya ada dalam suatu lingkungan persaingan yang tinggi yang didominasi oleh strategi persaingan biaya rendah. 
Studi kasus dari Supply chain dari pabrik kertas :
Awal supply chain adalah hutan kayu yang menghasilkan bahan untuk kertas, atau gudang bahan yang didaur ulang yang mengawali proses pembuatan kertas. Bahan baku kertas perlu dilengkapi dengan bahan penolong agar bahan baku dapat diproses menjadi kertas. Bahan penolongnya banyak sekali, misalnya air yang melimpah, bahan kimia yang sangat banyak jenisnya, plastik dan alat pengikat untuk packaging dsb.
Disamping itu, pabrik kertas banyak menggunakan berbagai jenis peralatan dan puluhan ribu jenis material serta suku cadang, yang awal supply chainnya adalah pabrik baja dan pabrik pembuat peralatan material, dan suku cadang tersebut.

Tantangan dalam Mengelola Supply Chain
Kompleksitas Struktur Supply Chain
 Melibatkan    banyak    pihak    dengan    kepentingan    yang    berbeda-beda
(bertentangan?)
 Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan
Ketidakpastian
 Ketidakpastian permintaan
–     Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll
–     Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerjamesin yang tidak sempurna, ketidakpastian kualitas produksi dll

Optimalisasi Supply Chain
1. Tuntutan pelanggan yang terus berkembang
Dengan  makin  terbukanya  pasar  bebas  yang  mendunia  (globalisasi),  maka terjadi banyak dan begitu ketat persaingan antar perusahaan dan antar produk.
2. Kekuasaan Retail yang Makin Besar.
Pengendali  utama  supply  chain  adalah  consumer,  maka  yang  berhubungan dengan  itu  adalah  para  retailer  yang  menanggapi  kehendak  dan  tuntutan
consumers yang makin meningkat dengan mengadakan perubahan-perubahan besar dalam penataan, dekorasi, teknik pelayanan dan personil tokonya.
3. Dilema dalam pencapaian Optimalisasi
Langkah  yan  penting  dalam  melakukan  manajemen  supply  chain  adalah menggalng, memperbaiki komunikasi harian diantara semua pelaku supply, mulai dari hilir sampai ke hulu. Komuniasi ini dapat mencegah kelambatanpengadan barang maupun penumpukan barang digudang yang berlebihan.

4. Kendala dalam Membangun Kepercayaan
Beberapa hal yang melatarbelakangi kendala membangun kepercayaan adalah sbb:
Masih banyaknya anggapan bahwa supplier atau pihak lain adalah “lawan”
atau bahkan musuh” dalam berbisnis dan bukan mitra”

5. Patnering sebagai Suatu Solusi
Meyakini memiliki tujuan yang sama (common goal) Saling menguntungkan  (mutual benefit)
Saling percaya (mutual trust) Bersikap terbuka (transparent)
Menjalin hubungan jangka panjang (long term relationship)
Terus menerus melakukan perbaikan dalam biaya dan mutu barang/jasa

6. Teknologi Informasi sebagai Katalisator
Keberhasilan  manajemen  supply  mungkin  dapat  dicapai  tanpa  menggunakan jasa teknologi informasi, yang dalam kasus ini harus bercirikan antara lain :
Hadrware dan software-nya mampu digunakan antar organisasi/perusahaan
Clear information
Real time POS (Point Of Sales) information
Customer and network friendly
Highl level effectiveness and efficiency
Sumber
http://moh-angscorp2.blogspot.com/2013/03/supply-chain-management.html
Buku Teks
Chopra, S., and Meindl, P. (2001). Supply chain management: Strategy, planning, and operations. New Jersey - Prentice-Hall.
Pujawan, I N. (2005). Supply chain management. Guna Widya. Simchi-Levi, D., Kaminski, P., and Simchi-Levi, E. (2000).
Designing and managing the supply chain: Concept, strategies, and case
studies. Irwin McGraw-Hill.
Handfield, R.,  and  Nichols, Jr.,  E.  L.  (2002). Supplchain  redesign: Transforming supply chains into integrated value systems. New Jersey: Financial Times - Prentice Hall.