Kelompok : 1 Desy Putri Wulandari 11110868
2
Jayadi 19110647
3 Rendra Anggi Saputra 15110732
4 Rona Siti Fazriah 16110236
Ringkasan Supply Chain Management
Garis Besar definisi Supply Chain adalah
Sebuah rangkaian atau
jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja
secara
bersama-sama untuk membuat
dan menyalurkan produk atau
jasa kepada konsumen akhir/pelanggan.
Dengan kata lain Supply Chain Management adalah adalah manajemen terhadap aliran antar dan diantara tahapan supply chain untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain
Beberapa pihak memberikan
definisi/pengertian manajemen rantai pasok (SCM) sebagai berikut:
a. Lambert (1998), menyatakan bahwa
SCM merupakan
integrasi atas proses-
proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok awal
yang menyediakan produk, jasa,
dan informasi
yang
memberikan nilai
tambah bagi pelanggan.
b. Menurut Simchi-Levi (2002), SCM
adalah
suatu kumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan
manufaktur, pergudangan,
dan toko, sehingga barang diproduksi
dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu
yang
benar, untuk
meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat pelayanan.
Dalam Supply Chain terdapat 3 aliran peran yaitu material,
Informasi dan uang. Berikut gambar aliran tersebut.
Supply chain yang umum memiliki
tahap-tahap:
– Pelanggan
– Retailer
– Wholesaler/
Distributor
– Manufacturer
– Component/ Raw material suppliers
Srategi Supply Chain
Strategi supply
chain yang tepat merupakan elemen penting dalam implementasi strategi
bisnis perusahaan. Perusahaan-perusahan harus dengan hati-hati merencanakan
kapasitas dan peramalan permintaannya agar supaya menghindari bullwhip
effect dan menjamin ketepatan waktu penyampaian pesanan pelanggan dan
meminimalkan kelebihan persediaan. Sumber utama persoalan-persoalan yang selalu
menciptakan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan adalah ketidakpastian.
Ketidakpastian tidak terlepas dari sisi permintaan dan sisi penawaran dari
kebanyaka supply chain. Sebagai langkah pertama dalam mengevaluasi dan
meningkatkan kinerja supply chain, Fisher dan Lee mengembangkan kerangka kerja
untuk memahami ketidakpastian yang ada dalam supply chain. Fisher memfokuskan
kerangka kerjanya pada ketidakpastian sisi permintaan, sedangkan kerangka kerja
Lee memperluasnya dengan memasukkan ketidakpastian sisi penawaran. Kerangka
kerjanya mengkategorikan produk-produk sebagai fungsional atau inovatif,
didasarkan pada ketidakpastian karakteristik pemintaan dan penawarannya.
Produk
fungsional adalah produk-produk tipe komoditi dengan permintaan stabildan
profit marginnya rendah, sedang produk inovatif adalah produk baru yang
memiliki derajad inovasi tinggi dan biasanya permintaannya tidak stabil dan
profit marginnya tinggi.
Pembedaan
yang sama dapat dilakukan atas ketidakpastian yang berhubungan dengan sisi
penawaran. Suatu produk dengan stable supply process dapat
diproduksi dengan cara yang dapat diprediksi, sebaliknya produk yang diproduksi
yang sulit diprediksi disebut evolving supply process.Namun
demikian, Lee mencatat bahwa dalam hal ini tidak selalu bahwa produk-produk
fungsional memiliki stable supply process dan produk-produk
inovatif memiliki evolving supply process. Misalnya, permintaan
tahunan untuk tenaga listrik untuk suatu wilayah adalah predictable,
tetapi penawaran/pasokan listrik tenaga air tidak, karena bergantung pada
jumlah curah hujan di wilayah tersebut.
Pemahaman
atas perbedaan-perbedaan tersebut dengan tetap memperhitungkan ketidakpastian
permintaan dan penawaran mengusulkan suatu kerangka kerja yang seragam bagi supply
chain management. Terdapat empat strategi untuk pengelolaan supply chain
secara efektif, yaitu: efficient supply chain; risk-hedging supply
chain, responsive supply chain; dan agile supply chain.
Efficient supply chain cocok untuk produk-produk fungsional dengan stable
supply processes. Dalam kondisi lingkungan seperti ini, strategi supply
chain sebaiknya memfokuskan pada strategi penurunan biaya. Produk-produk
seperti ini biasanya ada dalam suatu lingkungan persaingan yang tinggi yang
didominasi oleh strategi persaingan biaya rendah.
Studi kasus dari Supply chain dari pabrik
kertas :
Awal supply chain adalah hutan kayu yang menghasilkan bahan untuk kertas, atau gudang bahan yang didaur ulang
yang
mengawali proses pembuatan kertas.
Bahan baku kertas perlu dilengkapi dengan bahan penolong agar bahan
baku dapat diproses menjadi
kertas. Bahan
penolongnya banyak sekali, misalnya air yang melimpah, bahan kimia yang sangat banyak jenisnya, plastik dan alat pengikat untuk
packaging dsb.
Disamping itu, pabrik kertas banyak menggunakan berbagai jenis peralatan
dan puluhan ribu jenis material serta suku cadang, yang awal supply chainnya adalah
pabrik baja dan pabrik
pembuat peralatan material,
dan suku cadang tersebut.
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain
Kompleksitas
Struktur
Supply Chain
– Melibatkan banyak pihak dengan
kepentingan yang berbeda-beda
(bertentangan?)
–
Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan
Ketidakpastian
– Ketidakpastian permintaan
– Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku,
dll
– Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerjamesin yang tidak sempurna, ketidakpastian kualitas produksi
dll
Optimalisasi Supply Chain
1. Tuntutan
pelanggan yang
terus berkembang
Dengan makin terbukanya pasar bebas
yang mendunia (globalisasi), maka terjadi
banyak dan begitu ketat persaingan antar
perusahaan dan antar produk.
2. Kekuasaan
Retail yang
Makin Besar.
Pengendali utama supply
chain adalah
consumer, maka yang
berhubungan dengan itu adalah para retailer yang
menanggapi
kehendak
dan
tuntutan
consumers yang makin meningkat dengan
mengadakan perubahan-perubahan besar
dalam penataan, dekorasi,
teknik pelayanan dan personil tokonya.
3. Dilema dalam pencapaian
Optimalisasi
Langkah yan
penting
dalam
melakukan
manajemen
supply chain
adalah menggalng, memperbaiki komunikasi harian diantara semua pelaku supply, mulai dari hilir sampai ke hulu. Komuniasi ini dapat mencegah kelambatanpengadan barang
maupun penumpukan barang digudang
yang berlebihan.
4. Kendala dalam Membangun
Kepercayaan
Beberapa hal yang melatarbelakangi kendala membangun kepercayaan adalah sbb:
Masih banyaknya anggapan bahwa supplier atau pihak lain adalah “lawan”
atau bahkan “musuh” dalam berbisnis
dan bukan “mitra”
5. Patnering sebagai Suatu
Solusi
Meyakini memiliki tujuan yang sama (common goal)
Saling menguntungkan (mutual
benefit)
Saling percaya (mutual
trust)
Bersikap terbuka (transparent)
Menjalin hubungan jangka panjang (long term relationship)
Terus menerus melakukan perbaikan dalam
biaya dan mutu barang/jasa
6. Teknologi Informasi sebagai Katalisator
Keberhasilan
manajemen supply mungkin dapat
dicapai tanpa menggunakan jasa teknologi informasi, yang dalam kasus ini
harus bercirikan antara lain :
Hadrware dan software-nya mampu digunakan antar organisasi/perusahaan ,Real time POS
(Point Of Sales) information, Customer
and network friendly dan High level effectiveness and efficiency
Sumber
http://moh-angscorp2.blogspot.com/2013/03/supply-chain-management.html
Buku Teks
Chopra, S., and Meindl, P.
(2001). Supply chain management:
Strategy, planning, and
operations. New Jersey - Prentice-Hall.
Pujawan, I N. (2005). Supply
chain management. Guna Widya.
Simchi-Levi, D., Kaminski, P., and Simchi-Levi, E. (2000).
Designing and managing the supply chain: Concept, strategies, and
case
studies. Irwin McGraw-Hill.
Handfield, R., and
Nichols, Jr.,
E.
L.
(2002). Supply chain redesign: Transforming supply chains into integrated value systems. New
Jersey: Financial Times - Prentice Hall.